“Masak apa nduk, hari ini?” suara lembut ibu terdengar di telepon.” Ehm…asem asem buk, bumbune napa nggih?” jawabku pagi itu.”Lah, wong kok lalinan, mbendina kok takon bumbune, bola-bali..ora dicatet to?” jawaban yang selalu sama ketika aku tanya resep ke beliau karena aku memang selalu lupa konten bumbu untuk setiap masakan yang akan kumasak. ”Hehehehe, supe buk, miri,bawang,cabe ijo,salam laos,kecap manis, tomat ijo, gula merah,penyedap, nggih? menawi mboten kelintu?” Jawabku hanya untuk memastikan.
“Yaa,cabe ijone dipotong potong sama ukurane kaya buncise,yen pengin tambah pedes,tambahi rawit dipotong potong. Ojo lali, daginge digodhog sik nganti empuk. Wis yaa…ibuk yo meh masak ki, kana lik ndang masak, ben rak kawanen,kan nek masak nak nik nak nik ubet wae,rak bar-bar..” tutup ibuku dipembicaraan pagi itu. Memang sudah menjadi kebiasaan burukku tidak mau mengingat resep resep yang diwariskan ibuku meskipun, sangat sering aku menggunakan resep resep itu,tapi tetap tidak ada satu pun yang benar benar tersimpan baik di otakku.Itu, yang mungkin terkadang membuat ibu geleng gelang kepala dengan kebiasaan jelekku itu. Karena, terkadang biaya telpon untuk menanyakan resep tidak seimbang dengan biaya yang dikeluarkan untuk makanan yang akan aku masak.
“Assalamualaikum..” suara berat laki laki yang sangat familiar terdengar dari pagar depan rumah”.”Wa’alaikum salam” jawabku sambil tergopoh gopoh kedepan membukakan pintu pagar. Seuntai senyum yang tiap kali membuatku tersenyum balik menyembul dibalik pagar.
“Iiihh…kok belum mandi???pasti kecuut…”ledeknya ke aku yang masih terlihat lusuh, rambut acak acakan dengan kaos oblong dan sandal jepit andalan. “Kan emang lum mandi sayaang, kan lagi masak..buat kamu..”. balasku membela diri, padahal memang sejak lahir aku punya kebiasaan malas dan menunda mandi. “ duduk dulu ya sayang,mau minum apa?teh manis? Genduk sambil masak yaa…”
Rutinitas tiap weekend memang selalu menjadi kegiatan yang paling aku tunggu.bukan karena aku dapat lepas sejenak dari tumpukan dokumen-dokumen dikantor yang harus diselesaikan,omelan bos yang suka geregetan kalau RAB proyek yang kupegang belum selesai, ataupun kebul asap metromini dan debu kota yang selalu menemani weekdaysku tiap hari, tapi…karena weekdays memang selalu special untukku, karena aku bisa berekspresi memasak yang sudah menjadi hobbyku,dan yang pasti mendapatkan senyuman dan tawanya yang sudah kulewatkan selama 5 hari kerja atau kadang 2 minggu lebih bila aku harus menyelesiakan proyek diluar daerah. Tapi weekend ini, semua terasa berbeda. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 11.30, dan aku masih tergelung selimut sambil memeluk guling ochan kesayanganku. “Mbak!!!banguuuunn….!!!” teriak Fatimah anak pembantu kost kostan mengisi sunyinya kost yang selalu sepi tiap akhir minggu gini.”Mbaaakkk!!!banguuun…!!!Molor aja! Anak perawan kok bangunnya siang!! Nggak beli pecel tah??” suaranya makin lama makin berisik merayap disemua dinding kamarku.”Iya fat,udah banguuun…”jawabku sambil menggelungkan selimut ke badanku. “Cuman lagi males bangun ajaa.., emang ada apa??pagi pagi dah berisik aja”. “Hey, pagi apaan?udah siang tau!liat jam no!udah hampir jam 12!udah mo lohor!nggak bangun, nggak mandi, nggak makan pa?masnya emang ga datang ya?”
“Aduuh, berisik amat siih anak gembul satu ini”gerutuku dari kamar.”Ada apa sih fat?”tanyaku lagi ke Fatimah masih sambil tiduran di kasurku. “Heehehehe, nggak ada apa apa, fatima mo liat infotenmen mbak.., boleh yaa??”lanjut dia. Kebiasaan dia kalau liburan akhir minggu nonton tv di kamarku untuk update infotainment tentang artis2 yang hampir nggak ada gossip satupun yang terlewat olehnya. Bahkan semua nama artis, baik dari yang memang sudah tekenal sampai artis iklan yang baru nongol sesekali di tv pun dia hapal namanya . ” Udah, masuk aja! Nggak dikunci kok”. “Emang masnya nggak dateng ye?”tanyanya lagi.pertanyaan yang sangat nggak aku suka saat ini.”Enggak”, jawabku singkat. “Tumben, biasanya aja ude disini ngeledekin aku,wah ngga ada yang bisa dipalakin dech, hehehe.biasanya kan bawa cokelat,kalo nggak, eskrim...”timpalnya sambil meraih remote diatas tv dan melirik ke aku.”Eh, kok matanya bengkak??habis nangis yaa??wuaah…pantesan nggak dateng, berantem ye??,maaf ya mbak Fatima nggak tau, gapapa nih Fatima nonton tv disini??” pertanyaan retorik dilontarkannya ke aku. “nggak papa”jawabku singkat lagi sambil membalikkan badan membelakangi dia dan melanjutkan tidurku.
“Din..din…!din..din…! , teet..teet…!teet teet..!tuut..!tuut…!tuut…tuut…! aneka suara bel mobil,metromini,taxi,bemo, dan entah apa lagi memenuhi gendang telingaku pagi ini.Kepalaku jadi tambah pusing setelah semalaman nggak bisa tidur. Memang, sudah seminggu ini aku sudah nggak bisa tidur nyenyak,malah bisa dikatakan aku benar benar nggak bisa tidur. Sejak kejadian itu, aku jadi nggak bisa ngapa-ngapain lagi,hidup terasa sangat hampa.sudah seminggu ini aku berangkat kerja dengan mata sembab dan bengkak, kerjaan kantor yang biasanya kukerjakan dengan penuh antusias menjadi terasa hambar bagiku.Meski, aku berusaha benar benar focus untuk menyelesiakan proyek yang sedang kupegang karena hampir masuk ke tanggal penagihan.tetapi, tetap saja, sesekali bayangan dia melintas.senyumannya, tawanya, ledekannya,pujiannya… aiishh…aku merindukan semuanya..semua itu…yang sudah sekian hari menusuk nusuk jantungku. Hampir setiap setengah jam ku cek hape jadulku, nggak ada sms masuk. Dan tetap, nggak ada telpon satupun darinya masuk.
----------------------------------------------------&&&---------------------------------------------------
“Nduk, cepet…, Mas laper nich..”.
“Iya, iya…ini udah mateng kok..” kusiapkan sarapan yang sekaligus jadi makan siang kami. “Hmm, baunya enak nduk, masak apa sih ini?” Tanya dia begitu makanan sudah komplit kusajikan di atas meja. “ asem-asem buncis, khas Semarangan, sama tempe goreng..”, jawabku smabil membuka tutup penanak nasi dan mengibaskan kebul uap nasi yang masih panas. “ seberapa mas, segini?” tanyaku sambil mengambilkan sepiring nasi penuh untuknya. “ Iya.iya..mas laper banget nich…”jawabnya sambil meraih piring yang kupegang, sepertinya dia sudah terlalu lapar menunggu sang chef yang memasaknya tidak bisa cepat.
“Hmm…seger banget nduk!, enaaak….” pujinya sambil menahan panas dan pedasnya makanan yang dia masukkan ke mulutnya.Akupun hanya bisa tersenyum puas, karena masakan ku dipuji. “Mas, nambah lagi yaa..”sambil menyodorkan piringnya yang ketiga kalinya ke aku. “Mas, maemnya banyak banget..aku sih nggak papa, seneng seneng aja mas makannya banyak berarti masakanku enak. Tapi, kasian perutnya lho..ntar kekenyangan sakit perut.” Jawabku yang khawatir karena sudah dua piring porsi dia lahap. “hiiihh…nggak papa, itu kan nasinya masih, sayang kalo disisain tinggal segitu, nanggung..lagian enak banget…bener, masakanmu kali ini enak sayang,namanya apa?sayur asem ya??mas nggak pernah makan sekalap ini..hehehe,”bujuknya supaya nasi yang tertinggal di penanak nasi boleh dihabiskan. “Asem-asem sayang, bukan sayur asem. Kalau sayur asem bahannya kan sayur sayuran,biasanya ada kacang panjang,labu siam, daun melinjo itu lho..terus, bumbunya juga beda. Kalau ini, namanya asem-asem,bumbunya pakai kecap,khas Semarang”.akhirnya kujelaskan ke dia supaya kalau suatu saat dia request untuk dimasakin jadi nggak salah. “ Sluurrp….aah…….” dia seruput tes manis panas favoritnya. “Mantaap…, ini teh yang biasa kita beli kan nduk?enak, pas banget” puji dia sambil menikmati the panasnya. “iya mas, biasa aja kalii..” jawabku sambil beresin meja yang penuh dengan piring dan makanan.”Bener lho, pas banget genduk bikinnya, apalagi pakai mug ini, rasa dan aromanya khas, enaak..” timpal dia untuk benar benar meyakinkanku. Aku tidak tahu, itu memang benar benar enak atau hanya sekedar menyenangkanku, tapi benar benar kali ini makannya dia banyak sekali.super!!!
“Dee!! Diana!! Teriak mbak eva membuyarkan lamunanku, megembalikan nyawaku kembali ke kehidupan nyata dan menyadarkanku dari lamunan masa lalu yang baru saja memenuhi seluruh ruang memori otakku. “Ehh, mbak eva. Ada apa mbak?” tanyaku gelagapan. “AAh, elo!! Ngelamun aje!, betewe, kapan nih gue bisa nagih ke ABJ?elo kan yang pegang proyek ini? Kata Jack elo yang pegang,kamis bisa ditagih?” Tanya mbak eva nyerocos khas betawinya. “ Besok deh mbak, gua review sekali lagi yaa, baru abis itu gua kirim, and ntar mbak eva bisa kirim tagihannya sekalian. Gua takut ada yang missed aja, OK?”jawabku sambil senyum merajuk. “ OK,awas kalo besok ga jadi lho!lagian, ngapain sih elo ngalamun mulu??udeeh…yang udeeh ya udeeh…ga useh dipikirin aje..ntar tambah sakit loe.ya dee yaa..gue tunggu, besok harus selese!!” cerocosnya sambil ngeloyor pergi.
Ah, seandainya mbak eva tahu, betapa sakitnya aku saat ini, betapa lemahnya aku saat ini, dan betapa aku merindukan moment moment bersamanya yang baru saja memenuhi lamunanku.andai saja mbak eva tahu, aku merindukan memasak untuk seseorang, dan melihatnya kekenyangan karena masakanku…
Resep asem-asem khas semarang :
Bahan :
Buncis
Daging sapi, rebus, potong kotak kotak 1 x 1 cm ( sesuai selera), ambil air rebusan daging senbagai kaldu.
Bawang merah goreng
Bumbu:
Kemiri
Bawang putih
Daun salam
Lengkuas
Garam
Cabai hijau
Tomat hijau
Cabai rawit
Kecap manis
Bumbu penyedap
Cara memasak :
Potong potong buncis, cabai rawit, dan cabai hijau 1.5- 2 cm (sesuai selera)
Belah, dan potong potong tomat hijau menjadi 8 bagian
Haluskan kemiri dan bawang putih. Geprek lengkuas.
Tumis bumbu halus,setelah aroma bawang putih keluar, masukkan lengkuas dan daun salam, tumis hingga layu. Pastikan jangan sampai bawang putih dan kemiri gosong.masukkan daging , buncis, cabai.
Tuangkan air kaldu dari rebusan daging sapi
Tambahkan kecap manis dan garam
Setelah buncis dan cabai terlihat setengah layu, masukkan tomat hijau.
Bila tomat sudah setengah layu, kecilkan api dan tambahkan bumbu penyedap. icip apakah rasanya sudah pas (Manis,pedas, asin,asam, gurih). Bila rasanya sudah pas, matikan api, angkat dan sajikan dengan taburan bawang merah goreng diatasnya.
----------------------------------------------------------------------------------------